Pendahuluan
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitasmanusia,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa.
Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti
"kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik,
dibagi oleh semua atau banyak".
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspekkebudayaan lainnya. Kemajuan
infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet,
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya
Pengaruh Globalisasi terhadap Kearifan
Lokal
Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah
kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba mudah dan
nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan mengancam
dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala aspek kehidupan
terpenaruhi, misalnya sistem ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.[5]
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.[5]
Namun demikian kemajuan tekhnologi tidak hanya memberikan
dampak-dampak positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara
bersamaan. Hal ini juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam,
meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin
makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau
negara lain.[6]
Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap
sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong
terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat.
Perkembangan
tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita
kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan
oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu
menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa
diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.[7]
Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat
mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini,
hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan
batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.
Berikut dampak
globalisasi terhadap kaarifan lokal:
1. Persegaran
dan pergantian manusia;
2. Kebebasan
terkekang;
3. Kepribadian
terhimpit;
4. Obyektivitas
manusia;
5. Mentalitas
tekhnologi;
6. Krisis
tekhnologi dan
7. Nilai
etika dan moral ditinggalkan (bergeser).
Dalam
pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat)
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.
Entung atau Ungker
Blora,
merupakan sebuah kota kabupaten yang terletak di daerah pantai utara Jawa dan
merupakan daerah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kondisi daerah
ini merupakan perbukitan kapur dan masih banyak terdapat hutan yang rimbun
terutama pohon jati yang menjadi salah satu produk unggulan dari kota Blora.
Pohon jati tumbuh subur hampir di setiap sudut kota Blora dan menyambung ke
daerah-daerah di sekitarnya seperti Bojonegoro, Cepu, Rembang dan Tuban.
Pernahkah
Anda mendengar nama ungker?
Hampir
dipastikan belum atau mungkin pernah dengar, atau tidak tau apa itu Ungker. Di
kabupaten Blora yang terkenal dengan hutan jatinya, setiap tahun pada masa
peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan, warga di sekitar hutan
mengalami panen ungker (kepompong dari ulat daun jati.) Sebutan bagi si
kepompong ulat daun jati atau enthung. .
Hutan jati yang terhampar luas di Kabupaten Blora ternyata
membawa banyak manfaat bagi warga sekitar. Selain kayunya yang terkenal
berkualitas bagus, akar serta daun, bahkan ulatnya pun bisa dimanfaatkan.
Seperti yang sedang digeluti kebanyakan warga tepi hutan di sepanjang Jl.Cabak-Sambong maupun Jl.Klopoduwur-Randublatung, saat ini mereka sibuk mencari kepompong ulat daun jati yang berjatuhan bersama dedaunan kering di bawah tegakan pohon jati sebagai menu makanan yang adanya hanya setahun sekali saat musim hujan tiba.
Seperti yang sedang digeluti kebanyakan warga tepi hutan di sepanjang Jl.Cabak-Sambong maupun Jl.Klopoduwur-Randublatung, saat ini mereka sibuk mencari kepompong ulat daun jati yang berjatuhan bersama dedaunan kering di bawah tegakan pohon jati sebagai menu makanan yang adanya hanya setahun sekali saat musim hujan tiba.
Bagi warga Blora, kepompong (enthung)
ulat jati yang lebih dikenal dengan sebutan ungker telah menjadi lauk makanan
tanpa merasa jijik. Dengan cara dioseng memakai bumbu irisan bawang, cabe
hijau, tomat, daun salam dan daun kedondong, ungker terasa gurih dan kaya
protein. Kepompong yang berwarna coklat tua ini dan berukuran
satu hingga dua sentimeter ini biasa digoreng atau dioseng-oseng Sedangkan bagi warga luar
Blora, ungker dikategorikan sebagai kuliner ekstrem.
Partini, salah satu warga Desa
Sambongrejo Kecamatan Sambong, mengungkapkan bahwa memasuki musim hujan banyak
pohon jati yang bersemi dengan daun-daun muda. Daun muda inilah makanan utama
ulat jati. "Setelah kenyang memakan daun muda, nanti ulat berubah menjadi
kepompong dan jatuh berserakan di bawah pohon. Saya dan tetangga mengumpulkan
tiap sore sampai beberapa bakul kecil," katanya, Jumat (26/12).
Jika mendapatkan banyak, sebagian ia masak sebagai lauk makan di rumah dan selebihnya ia jual di tepi Jl.Cabak-Sambong. Partini menjual ungker dengan ukuran gelas, tiap satu gelas dijual seharga 15.000 ribu.
"Banyak warga dari Kota Blora maupun Cepu yang mampir membeli ungker. Tidak perlu jauh-jauh menjualnya ke pasar. Cukup dijual di tepi jalan saja sudah banyak pembeli yang menghampiri," kata Partini.
Jika mendapatkan banyak, sebagian ia masak sebagai lauk makan di rumah dan selebihnya ia jual di tepi Jl.Cabak-Sambong. Partini menjual ungker dengan ukuran gelas, tiap satu gelas dijual seharga 15.000 ribu.
"Banyak warga dari Kota Blora maupun Cepu yang mampir membeli ungker. Tidak perlu jauh-jauh menjualnya ke pasar. Cukup dijual di tepi jalan saja sudah banyak pembeli yang menghampiri," kata Partini.
Di awal
musim penghujan di bulan november hingga desember daun pohon jati akan mulai
tumbuh setelah sebelumnya dimusim kemarau menggugurkan daunnya. Disaat daun
jati bersemi itulah ulat-ulat mulai merajalela memakan daun jati hingga tersisa
rangka-rangka daun jati sehingga pohon jati akan nampak gundul. Namun
merajalela-nya ulat yang menghabiskan daun pohon jati justru merupakan salah
satu berkah dari penduduk karena ulat tersebut ketika menjadi kepompong atau
disana disebut dengan enthung/ ungker biasa dijadikan makanan yang lezat.
Rasanya pun sangat gurih dan renyah, namun terkadang makanan
ini terasa gatal di lidah jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, terlebih
ketika mengunyah bagian kulitnya. Bagi yang belum pernah mencoba, makanan ini
akan terasa sedikit aneh di lidah dan terlihat sedikit jijik namun setelah
mencoba dipastikan tak akan pernah melupakan rasanya. (Akmal Fahreza
Priyambada/kw)
Perubahan positif akibat globalisasi
:
Makanan khas blora tersebut menjadi semakin dikenal oleh masyarakat
luar dan banayak masyarakat kreatif yang mengolah entung menjadi makanan yang
beraneka ragam dan mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya beraneka macam
olahan dari entung, maka kearigan local blora semakin banyak dikenal masyarakat
blora maupun masyarakat dari luar daerah tersebut.
Sikap masyarakat Blora dalam menghadapi globalisasi :
1.
Masyarakat Blora harus tetap
mampu menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya di
tengah tengah pergaulan antarbangsa diduia.
2.
Masyarakat Blora harus tetap
melestarikan kearifan lokal yang mereka miliki jangan sampai kearifan lokal
tersebut hilang karena pengaruh globalisasi.